Tentang Seorang perempuan, yang dimana aku sendiri tidak bisa merangkai kata-kata yang tepat untuk menjelaskan awal dari kisah ini, tetapi...
Baginya, merasa dicintai bukan perkara mendapat pengakuan cinta
Mempercayai dirinya sendiri adalah kebiasaannya sejak dulu
Seperti hidup yang terus bertaruh pada kemungkinan, akhir yang baik atau akhir yang buruk
Entah pemikran itu akan membawanya pada akhir yang seperti apa.
Ia seratus persen sadar, ketika memberikan sedikit saja hatinya pada orang lain itu artinya ia juga memberikan kesempatan pada orang yang sama untuk menyakiti dan mengecewakannya.
Usianya masih begitu muda pada saat itu, konsep berfikirnya yang begitu polos mengenai proses jatuh cinta membawanya pada perasaan patah hati untuk kedua kalinya.
namun ia tak sebodoh itu, ia patah tidak pada pohon yang sama, dan tidak juga karena badai yang sama.
Patahnya tidaklah karena dipotong oleh seseorang, tidak juga dipatahkan angin kencang
Patahnya karena ia memilih patah bersama bunga yang baru saja ia tumbuhkan meskipun tau musim semi segera berakhir.
Kacau, mungkin memang benar manusia bisa mengontrol emosi, prilaku, tuturkata, dan pikirannya sendiri, namun aku rasa tidak dengan hatinya.
Seperti Dewi keberuntungan yang tidak pernah berpihak padanya, atau anak panah Cupid yang tidak pernah melesat untuknya.
Sepengalamnnya memilih jatuh cinta itu seperti memilih jatuh kedalam lubang yang dalam.
Belum pernah berakhir indah sekalipun perasaannya pernah terbalas.
atau setidaknya ia merasa terbalas walau tanpa pengakuan.
Bukan untuk menyenangkan dirinya sendiri, hanya saja memang tatapan mata seseorang dan prilakunya pada kita menjelaskan lebih banyak hal dari apa yang mulut bisa ucapkan.
begitulah proses ia merasa dicintai...
Kini ia ditinggalkan begitu saja, perlahan patah dalam angan-angannya.
Namun ia masih percaya "Hati yang Patah Adalah Hati Yang Pernah Dicintai"
karena ia tau bahwa dirinya bukanlah perempuan bodoh yang menaruh harapan pada seseorang yang tidak mempunyai harapan.
Perasaannya tidak akan tumbuh jika orang tersebut tidak berprilaku seperti memiliki rasa dengannya.
Alih-alih marah dan merasa di permainkan, ia memilih diam-diam mematahkan ranting untuk menyembunyikan bunganya yang mulai mekar.
Tidak ada yang bisa dilakukan, ya memang ada banyak hal yang tidak bisa, ia menyadari, mencoba menerimanya dengan baik, menghargai keputusan yang menajadi keputusannya, dan tidak mencoba memaksakan ego untuk bersama.
#From my POV :
Disini bisa disimpulkan bahwa Hasil memang penting, tetapi proses tidak kalah penting.
aku setuju dengan pernyataan tersebut, pada akhir kisahnya ini ia harus menerima bahwa iya patah, namun dari ceritanya seperti aku merasa bahwa ia begitu bahagia dalam prosesnya menumbuhkan rasa, bagaimana bisa tidak bahagia hatinya saja berbunga. Lalu mengenai seseorang yang mematahkannya, mungkin orang tersebut mempunyai pertimbangannya sendiri mengapa ia tidak mau mengakui perasaannya meski memperlakukan perempuannya seperti seseorang yang sedang jatuh cinta kepadanya. atau mungkin memang seperti pemikiran sederhana orang-orang yang bisa saja dengan mudah mengatakan bahwa si perempuan itu saja yang ke GR-ran. Apapun itu kini aku berdoa semoga patahannya menemukan tempat yang baik untuk membantunya menumbuhkan bunga kembali dan membantunya mempertahankan bunya tersebut.
See u in another story...
Comments
Post a Comment